Filariasis masih menjadi permasalah Kesehatan di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan kecacatan, stigma sosial, hambatan psikososial dan penurunan produktivitas kerja penderita, keluarga dan masyarakat. Di Indonesia, sampai tahun 2022, berdasarkan laporan daerah terdapat lebih dari 8.623 orang menderita filariasis kronis yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia.
Upaya Eliminasi Filariasis dilakukan melalui beberapa tahapan yang dilakukan secara berkesinambungan, mulai dari pemetaan wilayah endemis, pemberian obat pencegahan masal (POPM), surveilans pasca POPM, Validasi dan Eliminasi serta Surveilans Pasca eliminasi.
Daerah-daerah yang dinyatakan endemis pada tahap pemetaan, wajib melakukan pemberian obat pencegahan masal sebanyak 5 putaran dengan cakupan minimal 65%, dilanjutkan survey Pre-Transmissions Assessment Survey (Pre-TAS) sebagai evaluasi POPM. Jika Kab/Kota lulus dalam survey Pre-TAS maka dilanjutkan tahap surveilans pasca POPM yaitu berupa survey TAS 1 hingga TAS 3.
Pada tahun 2020 – 2021 di temukan permasalahan penggunaan alat Brugia Rapid Test pada survey TAS di daerah-daerah endemis Brugia. Setelah dilakukan pengujian terhadap alat Brugia Rapid Test tersebut di 4 laboratorium menunjukan hasil yang inkosisten. Atas hasil uji laboratorium, WHO mengeluarkan rekomendasi untuk menghentikan sementara penggunaan Brugia Rapids sampai didapatkan alat tes yang lebih baik. WHO juga memberikan rekomendasi survey alternatif TAS berupa survei sampling acak berbasis masyarakat dengan alat diagnostik sediaan darah jari malam yang dinamakan Brugia Impact Survey (BIS).
Kota Batam sebagai salah satu daerah endemis filariasis di wilayah kerja Balai Labkesmas Batam telah melaksanakan survei Pre-TAS pada tahun 2022 dan dinyatakan lulus dengan mikrofilaria rate <1%, sehingga diperlukan tahapan survei selanjutnya yaitu Survei Pasca POPM dengan metode BIS.
Metode Survey
Rancangan Survey TAS dengan metode BIS merupakan Community Base Survey dengan sasaran adalah semua penduduk berusia ≥18 tahun pada rumah tangga terpilih. Pelaksanaan Survey TAS dengan metode BIS di kota Batam dilakukan dengan membagi menjadi 3 evaluasi unit (EU). Hal ini di dasarkan atas panduan WHO bahwa setiap unit evaluasi harus mewakili maksimal 500.000 penduduk. Penduduk kota Batam menurut proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 sebanyak 1.269.413 sehingga harus membagi menjadi 3 EU. Pembagian EU adalah sebagai berikut :
Metode sampling yang di gunakan adalah Systematic Sampling hal ini dilakukan karena setiap EU memiliki kelurahan kurang dari 40, sehingga seluruh kelurahan akan terpilih menjadi lokasi survey. Alat bantu yang digunakan dalam pemilihan rumah tangga adalah SSB Brugia Impact Survey Ver 1.5.
Jumlah rumah tangga yang terpilih dalam suatu kelurahan akan bervariasi tergantung banyaknya rumah tangga dalam kelurahan tersebut
Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah sebanyak 774 sampel per EU. Alat diagnostic yang digunakan adalah sediaan darah jari malam dengan waktu pengambilan adalah pukul 22.00 sd 02.00 dini hari. Kegiatan akan dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus sd 6 September 2023. Metode pemeriksaan dengan mikroskopis.
Hasil dan Kesimpulan
Semua sediaan darah yang telah dikumpulkan akan dilakukan pewarnaan dan selanjutnya dilakukan pembacaan secara mikroskopis. Jumlah sampel yang diketahui mengandung mikrofilaria akan dihitung kepadatannya dan dihitung jumlah sediaan yang positif. Pengambilan Keputusan /Kesimpulan dalam survey TAS metode BIS adalah jika suatu EU ditemukan positif Mikro Filaria ≤ 3 maka EU tersebut dinyatakan LULUS TAS, tapi jika ditemukan positif Mikro Filaria >3 maka EU tersebut harus melakukan pengobatan Kembali selama 2 putaran.